Saturday, December 7, 2013

II. SPEKTROFOTOKOPI UNTUK PENENTUAN KADAR PROTEIN

II. SPEKTROFOTOKOPI UNTUK PENENTUAN KADAR PROTEIN
A.  Pendahuluan
1.      Latar belakang
Protein adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Protein terdiri dari karbon, oksigen, hidrogen dan nitrogen. Protein sangat diperluhkan dalam tubuh ini.
Protein mempuyai fungsi sebagai zat pembangun. Kandungan protein pada setiap makanan berbeda, maka diperluhkan uji protein sebagai cara mengetahui seberapa besar kandungan protein tersebut.
Penentuan protein ini dengan cara spektrofotometer UV-VIS. Spektrofotometer ini berprinsip kerja reaksi antara radiasi elektromaknetik dengan partikel bahan.
Analisa ini berdasarkan hukum LAMBERT-BEER. Dengan rumus A = a b c. Namun pada praktikum ini kita menggunakan metode LOWRY FOLIN CIOCALTEU yaitu penembakan reaksi hasil praktikum oleh co-ass kimia.
2.      Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan kadar protein pada sampel dengan metode spektrofotokopi.
3.      Waktu dan Tempat
Praktikum Spektrofotokopi dan Penentuan Kadar Protein ini dilaksanakan pada tanggal 20 November 2012 pukul 07.30 – 09.30 WIB di labolatorium  Biologi Tanah Universitas Sebelas Maret.
B.  Tinjauan Pustaka
Protein merupakan makromolekul polipeptida yang tersusun dari sejumlah asam-asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida dan mempunyai bobot molekul 5000 sampai berjuta-juta. Satu molekul protein disusun oleh sejumlah asam amino tertentu dengan susunan tertentu pula dan bersifat turunan (Aisyah , 1998).
Sturuktur Primer Protein merupakan rangkaian asam amino dan komponen prostetik pembentuk hal ini terutam ditentukan dengab cara kimia. Pelarutan suatu polimer tidak sama dengan pelarutan senyawa yang mempunyai berat molekul rendah karena adanya dimensi-dimensi yang sangat berbeda antara pelarut dan polimer sama jenis (Stanley, 1999).
Protein lain menyangkut molekul dari suatu bagian ke bagian lain dalam makhluk hidup masih ada yang bertindak sebagai katalis dalam banyak reaksi biologis yang diperlukan untuk memprtahankan hidup (Harold Hart dkk. Kimia Organik Suatu kuliah Singkat edisi kesebelas, 2003).
Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada suatu obyek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet. Sebagian dari cahaya tersebut akan diserap dan sisanya akan dilewatkan. Nilai absorbansi dari cahaya yang dilewatkan akan sebanding dengan konsentrasi larutan di dalam kuvet (Anonim, 2009).
Kurva standart merupakan kurva Alibrasi dari sederet larutan standart larutan-larutan itu. Larutan itu sebaiknya mempunyai komposisi cuplikan reaksi. Hasil tidak pernah didasarkan pada literature absortivitas molar. (Polling, 1998).
C.   Alat, Bahan, dan Cara Kerja
1.      Alat
a.       Tabung reaksi
b.      Rak tabung reaksi
c.       Pipet
d.      Gelas ukur
e.       Spektrofotometer
2.      Bahan
a.       Larutan BSA susu dan kedelai
b.      Aquadest
c.       Reagen A (Na2CO3 dalam NaOH)
d.      Reagen B (CuSO4 dalam aquadest)
e.       Reagen C (K-tartat dalam aquadest)
f.       Reagen D (campuran A; B; C = 20: 1: 1)
g.      Reagen E (Folin Ciocalteu dalam eter)
3.      Cara Kerja
a.       Memasukkan 1 ml larutan BSA susu dalam tabung reaksi, dan 1 ml larutan BSA kedelai dalam tabung reaksi yang lain.
b.      Menambahkan 1 ml reagen D dalam masing-masing tabung reaksi, kemudian menggojoknya dan mendiamkannya selama 15 menit.
c.       Setelah 15 menit lalu menambahkan 3 ml reagen E, menambahkan 5 ml aquadest. Menggojok dan mendiamkannya selama 45 menit.
d.      Mengukur absorbansinya dengan spektrofotometer.
D. Hasil dan Analisis Pengamatan
1.      Data hasil pengamatan
Tabel 1.1 Pengukuran absorbansi larutan standar BSA
Absorbansi (Aº)
Kosentrasi (M)
0
0
0.055
0.2
0.097
0.4
0.131
0.6
0.177
0.8
0.219
1
Sumber : Laporan Sementara
Tabel 1.2 Pengukuran absorbansi sampel
Sampel
Y (Absorbansi)
Susu
0.203
Kedelai
0.119
Sumber : Laporan Sementara
1.      Analisis Hasil Pengmatan
                        a = 0,028
      b = 4,665
      r = 0,99                       
a) Analisis Absorbansi Sampel
a. Sampel Susu
  y = a + b x
0,203 = 0,028 + 4,665 x
 0,203 – 0,028 = 4,665 x
    0,175 = 4,665 x
                               =  x
   0,0375134 =  x

Kadar sampel  =  x 100%
                                                    =  x 100%
                                                    = 0,750268%
a.       Sampel Kedelai
       y  =  a + b x
 0,119 = 0,028 + 4,665 x

       0,119 – 0,028 = 4,665 x
        0,091 = 4,665 x
   x =
   x = 0,01950
Kadar sampel  =  x 100%
                                                    =  x 100%
                                                    = 0,39 %













Kurva absorbansi sampel susu
 




        1   -                         y = 0,028 + 4,665 x
      0,8  -
      0,6  -
      0,4  -
      0,2  -
0         0,750
Grafik 2.1

Kurva absorbansi sampel kedelai



        1   -                   y = 0,028 + 4,665 x
      0,8  -
      0,6  -
      0,4  -
      0,2  -
0        0,39
Grafik 2.2
E.  Pembahasan dan Kesimpulan
1. Pembahasan

Prinsip kerja dari spektofotometer berprinsip kerja reaksi antara radiasi elektromagnetik dengan partikel bahan dan digunakan untuk menentukan kadar protein pada suatu bahan atau sempel. Praktikum ini melakukan analisis penentuan kadar protein dengan menggunakan spektrofotokopi. Spektrofotokopi adalah cara analisis kimia yang populer. Yaitu spektrofotometer UV-VIS yang berprinsip kerja reaksi antara radiasi elektromagnetik dengan partikel bahan. Protein merupakan salah satu komponen kimia organik yang terdapat dalam berbagai macam benda organik,terutama makhluk hidup dan makanan.Protein dalam tubuh makhluk hidup berfungsi untuk mengganti sel-sel tubuh yang rusak.Contoh dari bahan yang mengandung protein dapat kita lihat dalam hasil praktikum ini.
Dari hasil pengamatan di atas dapat kita lihat bahwa bahan yang mengandung protein lebih banyak adalah susu,karena warna biru dari susu setelah ditetesi reagen E lebih pekat daripada kedelai.Ini dikarenakan Reagen E terdiri dari Folin Ciocalteu yang dilarutkan dalam eter.Warna biru tersebut disebabkan reaksi antara protein dengan Cu2+ dengan larutan alkalis.
Selain itu terjadi reduksi garam fosfofungsat fosfomolibdat oleh tirosin dan tripiopan yang ada dalam protein.Sehingga hal ini membuktikan bahwa dalam susu terdapat kandungan protein.Hal tersebut juga berlaku pada kedelai.
2.    Kesimpulan
a.Pembuatan kurva standar dari larutan standar juga digunakan untuk menentukan kadar protein sampel.
b.      Pada konsentrasi BSA diperoleh persamaan garis regresi Y = 0,028 + 4,665X

c.       Kadar protein tertinggi dari percobaan adalah kadar protein dari susu 0,75%
d.      Semakin banyak konsentrasinya nilai absorbasinya semakin besar.




DAFTAR PUSTAKA
Aisyah. 1998. Kimia Untuk Universitas. Bumi Aksara. Jakarta.
Hart, Harold dkk. 2003. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat/Edisi kesebelas. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Anomin. 2009. http://id.wikipedia.org/wiki/Spektrofotometer diakses pada hari minggu 09 Desember  2012.
Polling. 1998. Intisari Kimia III. UT. Depdikbud. Jakarta.
Stanley. 1999. Kimia Dasar Jilid 4. Bandung : ITB.




0 comments:

Post a Comment