Saturday, December 7, 2013

IV. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

IV. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN
A.  Pendahuluan
1.    Latar Belakang
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang bergantung pada jumlah partikel zat terlarut dan bukan pada jenis zat terlarutnya. Sifat koligatif ada 4 yaitu : penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik didih, dan tekanan osmotik.
Kimiawan perancis Francois Marie Raoult menemukan bahwa untuk  beberapa larutan,plot dari tekanan uap pelarut melawan fraksi mol pelarut dapat sangat tepat dengan garis lurus larutan yang mengikuti hubungan garis lurus ini seseuai dengan persamaan sederhana P1 = X1.P10 yang dikenal sebagai Hukum Raoult.
Pada praktikum ini yang dibahas pada kenaikan titik didih dan menentukan BM larutan tersebut. Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat Larutan itu sendiri. Jumlah partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel dalam larutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama.
2. Tujuan Praktikum
Menentukan titik didih larutan dan Menghitung nilai BM.
3. Waktu dan Tempat
Praktikum kimia dasar acara III Sifat Koligatif Larutan ini dilaksanakan pada hari selasa, 20 November 2012 jam 07.30 09.30 WIB di Laboratorium Biologi Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.



B.  Tinjauan Pustaka
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat terlarut tetapi tergantung pada banyaknya partikel zat terlarut dalam larutan. Peningkatan titik didih sebanding dengan fraksi molnya. Untuk larutan encer, perbandingan dinyatakan dalam molaritas. Kenaikan titik didih dirumuskan : Td = Kd x m. Dengan rumus tersebut dapat juga digunakan untuk mencari berat molekul garam (H. M. Sukoco, 1999).
Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau solvasi. Keadaan fisik larutan dapat berupa gas, cair, maupun padat dengan perbandingan yang berubah-ubah saat tertentu (K. Rusli, 2000).
Beberapa sifat penting larutan bergantung pada banyaknya partikel zat terlarut dalam larutan dan tidak bergantung pada jenis partikel zat terlarut.Sifat-sifat ini disebut sifat koligatif (colligative properties)atau sifat kolektif sebab sifat-sifat tersebut memiliki sumber yang sama;dengan kata lain,semua sifat tersebut bergantung pada banyaknya partikel zat terlarut yang ada. Sifat-sifat koligatif ialah penurunan tekanan uap,kenaikan titik didih,penurunan titik beku, dan tekanan osmotik. (Raymond Chang,Konsep-konsep inti edisi ketiga jilid dua,2003)
Kimiawan perancis Francois Marie Raoult menemukan bahwa untuk  beberapa larutan, plot dari tekanan uap pelarut melawan fraksi mol pelarut dapat sangat tepat dengan garis lurus larutan yang mengikuti hubungan garis lurus ini seseuai dengan persamaan sederhana P1 = X1.P10 yang dikenal sebagai Hukum Raoult.
Larutan seperti ini disebut larutan larutan ideal,larutan lain yang menyimpang dari perilaku garis lurus dan disebut larutan non ideal.
 Larutan non ideal dapat menunjukkan penyimpangan positif (dengan tekanan uap lebih tinggi daripada yang diprediksi oleh hukum Raoult) atau penyimpangan negatif (dengan tekanan uap lebih rendah). (David W. Oxtoby dkk.;Prinsip-Prinsip Kimia Modern Edisi Keempat Jilid Satu,2001)
Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat Larutan itu sendiri. Jumlah partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel dalam larutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan elektrolit terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion. Dengan demikian sifat koligatif larutan dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit dan sifat koligatif larutan elektrolit.





C.  Alat, Bahan, dan Cara Kerja
a.    Alat
a. Erlemeyer
b. Gelas ukur
c. Waterbath
d. Thermometer
e. Stopwatch
f. Penjepit
b.    Bahan
a.    Aquades
b.    5 gr urea
c.    Cara Kerja
a.    Menimbang 5 gr urea.
b.   Melarutkan 5 gr urea dalam 25 ml aquades dan mengaduknya.
c.   Menentukan titik didih larutan dan pelarut dengan pemanasan dalam waterbath dengan suhu 75.
d.   Mengukur perubahan suhu larutan tiap 5 menit dan mencatatnya.
e.    Menentukan perubahan titik didihnya dan BM urea.



4.  
D. Hasil dan Analisis Hasil Pengamatan
1. Hasil Pengamatan
Tabel 4.1
Waktu (menit)
Titik didih larutan
(oC)
Titik didih pelarut
(oC)
0
27
27
5
10
15
63
67
68
62
64
65




       


Sumber : Laporan Sementara

2. Analisis Hasil Pengamatan
∆Tb = Tdlarutan – Td­pelarut
Tblarutan  = 68o
Tbpelarut   = 65o
             ∆Tb  = 68o – 65o
             ∆Tb = 3o
Ditanyakan :           BM urea . . . ?
Jawab         :           BM      = (5 x 1000)/(25 x 3) x 0,52
                                                = 5000/75 x 0,52
                                                = 34,67 gr




E.  Pembahasan dan Kesimpulan
1. Pembahasan
Sifat koligatif larutan adalah sifat fisis larutan yang hanya tergantung pada jumlah partikel zat terlarut dari jenis zat terlarut. Namun, dalam percobaan kali iini yang dibahas adalah titik didih larutan. Titik didih larutan selalu lebih tinggi dibandingkan titik didih pelarut.
Larutan yang digunakan dalam percobaan ini adalah urea. Dengan menentukan besar berat massa (BM) dari larutan non volatile tersebut. Dilakukan sebanyak 5 kali percobaan dengan waktu yang berbeda yaitu 0, 5, 10, dan  15 menit.
Kemudian suhu larutan tersebut diukur dengan termometer pada saat 0 menit. Kemudian panaskan larutan tersebut dan pada setiap kelipatan 5 menit, suhu dicatat. Kemudian kita ambil air sebanyak 25 ml dan kita masukkan ke dalam tabung erlenmeyer. Sebelum dipanaskan suhu air dicatat terlebih dahulu. Setelah itu panaskan air dan catat suhunya setiap kelipatan 5 menit. Pada percobaan ini dengan waktu 0 menit pada suhu urea sebesar 27o dihasilkan akuades sebesar 27o, pada waktu 5 menit dengan suhu urea 63o diperoleh data 62o, pada waktu 10 menit dengan suhu urea 67o dihasilkan data 64o, dan pada waktu 15 menit dengan suhu urea 68o dihasilkan data 65o.  Dalam percobaan kali ini ternyata suhu pada larutan urea dan akuades sama tinggi dibandingkan titik didih pelarut.
2.  Kesimpulan
a. Kenaikkan titik didih dipengaruhi oleh molalitas suatu zat.
b. Adanya zat non volatile dalam suatu larutan mengakibatkan kenaikan titik didih dari titik didih semula (pelarut).
c. Kenaikkan titik didih (∆Tb) mempunyai nilai yang berbanding terbalik dengan BM dari suatu zat.
d. Besarnya BM dipengaruhi oleh volume pelarutnya, besar titik didih larutan, dan massa suatu zat terlarut.
e. Besarnya suhu awal pada larutan dan pelarut masing–masing adalah    27 C dan 27 C.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. Sifat Koligatif Larutan/Chem-Is-Try.Org/Situs Kimia Indonesia. Diakses 31 November 2012 pukul 17.00 WIB.
Chang, Raymond. 2003. Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Oxtoby, David W. dkk. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern Edisi Keempat Jilid 1. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Rusli, K. 2000. Kimia Dasar 1. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.
Sukoco, H.M. 1999. Kimia Dasar dan Terapan Modern. Jakarta : Bumi Aksara.


0 comments:

Post a Comment