IV. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN
A. Pendahuluan
1.
Latar
Belakang
Sifat
koligatif larutan adalah sifat larutan yang bergantung pada jumlah partikel zat
terlarut dan bukan pada jenis zat terlarutnya. Sifat koligatif ada 4 yaitu :
penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik didih, dan tekanan
osmotik.
Kimiawan perancis Francois Marie Raoult
menemukan bahwa untuk beberapa
larutan,plot dari tekanan uap pelarut melawan fraksi mol pelarut dapat sangat
tepat dengan garis lurus larutan yang mengikuti hubungan garis lurus ini
seseuai dengan persamaan sederhana P1 = X1.P10
yang dikenal sebagai Hukum Raoult.
Pada
praktikum ini yang dibahas pada kenaikan titik didih dan menentukan BM larutan tersebut.
Banyaknya
partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat Larutan
itu sendiri. Jumlah partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan
jumlah partikel dalam larutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama.
2. Tujuan
Praktikum
Menentukan
titik didih larutan dan Menghitung nilai BM.
3. Waktu
dan Tempat
Praktikum kimia
dasar acara III Sifat Koligatif Larutan ini dilaksanakan pada hari selasa, 20 November 2012
jam 07.30 – 09.30 WIB di Laboratorium Biologi Tanah Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
B.
Tinjauan
Pustaka
Sifat koligatif
larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat terlarut
tetapi tergantung pada banyaknya partikel zat terlarut dalam larutan.
Peningkatan titik didih sebanding dengan fraksi molnya.
Untuk larutan encer, perbandingan dinyatakan dalam molaritas. Kenaikan titik
didih dirumuskan : Td = Kd x m. Dengan rumus tersebut dapat juga digunakan
untuk mencari berat molekul garam (H. M. Sukoco, 1999).
Larutan adalah campuran homogen
yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam
larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih
banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven.
Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi
larutan, sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk
larutan disebut pelarutan atau solvasi. Keadaan fisik larutan dapat berupa gas, cair, maupun padat dengan
perbandingan yang berubah-ubah saat tertentu (K.
Rusli, 2000).
Beberapa
sifat penting larutan bergantung pada banyaknya partikel zat terlarut dalam
larutan dan tidak bergantung pada jenis partikel zat terlarut.Sifat-sifat ini
disebut sifat koligatif (colligative properties)atau sifat kolektif sebab
sifat-sifat tersebut memiliki sumber yang sama;dengan kata lain,semua sifat tersebut
bergantung pada banyaknya partikel zat terlarut yang ada. Sifat-sifat koligatif
ialah penurunan tekanan uap,kenaikan titik didih,penurunan titik beku, dan
tekanan osmotik. (Raymond Chang,Konsep-konsep inti edisi ketiga jilid dua,2003)
Kimiawan perancis Francois Marie Raoult
menemukan bahwa untuk beberapa larutan,
plot dari tekanan uap pelarut melawan fraksi mol pelarut dapat sangat tepat
dengan garis lurus larutan yang mengikuti hubungan garis lurus ini seseuai
dengan persamaan sederhana P1 = X1.P10
yang dikenal sebagai Hukum Raoult.
Larutan seperti ini disebut larutan larutan ideal,larutan lain yang
menyimpang dari perilaku garis lurus dan disebut larutan non ideal.
Larutan non ideal dapat menunjukkan
penyimpangan positif (dengan tekanan uap lebih tinggi daripada yang diprediksi
oleh hukum Raoult) atau penyimpangan negatif (dengan tekanan uap lebih rendah).
(David W. Oxtoby dkk.;Prinsip-Prinsip Kimia Modern Edisi Keempat Jilid
Satu,2001)
Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan
sifat Larutan itu sendiri. Jumlah partikel dalam larutan non elektrolit tidak
sama dengan jumlah partikel dalam larutan elektrolit, walaupun konsentrasi
keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan elektrolit terurai menjadi
ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion.
Dengan demikian sifat koligatif larutan dibedakan atas sifat koligatif larutan
non elektrolit dan sifat koligatif larutan elektrolit.
C.
Alat,
Bahan, dan Cara Kerja
a. Alat
a. Erlemeyer
b. Gelas ukur
c. Waterbath
d.
Thermometer
e. Stopwatch
f. Penjepit
b. Bahan
a. Aquades
b. 5
gr urea
c. Cara
Kerja
a.
Menimbang 5
gr urea.
b.
Melarutkan 5
gr urea dalam 25 ml aquades dan mengaduknya.
c. Menentukan
titik didih larutan dan pelarut dengan pemanasan dalam waterbath dengan suhu 75.
d.
Mengukur
perubahan suhu larutan tiap 5 menit dan mencatatnya.
e.
Menentukan
perubahan titik didihnya dan BM urea.
4.
D. Hasil dan Analisis Hasil Pengamatan
1. Hasil Pengamatan
Tabel 4.1
Waktu
(menit)
|
Titik
didih larutan
(oC)
|
Titik
didih pelarut
(oC)
|
0
|
27
|
27
|
5
10
15
|
63
67
68
|
62
64
65
|
Sumber :
Laporan Sementara
2. Analisis Hasil Pengamatan
∆Tb = Tdlarutan
– Tdpelarut
Tblarutan
= 68o
Tbpelarut
= 65o
∆Tb
= 68o
– 65o
∆Tb = 3o
Ditanyakan : BM
urea . . . ?
Jawab : BM
= (5 x 1000)/(25 x 3) x 0,52
=
5000/75 x 0,52
=
34,67 gr
E. Pembahasan dan Kesimpulan
1. Pembahasan
Sifat koligatif larutan adalah sifat fisis larutan
yang hanya tergantung pada jumlah partikel zat terlarut dari jenis zat
terlarut. Namun, dalam percobaan kali iini yang dibahas adalah titik didih
larutan. Titik didih larutan selalu lebih tinggi dibandingkan titik didih
pelarut.
Larutan yang digunakan dalam percobaan ini adalah
urea. Dengan menentukan besar berat massa (BM) dari larutan non volatile
tersebut. Dilakukan sebanyak 5 kali percobaan dengan waktu yang berbeda yaitu
0, 5, 10, dan 15 menit.
Kemudian suhu larutan tersebut diukur dengan
termometer pada saat 0 menit. Kemudian panaskan larutan tersebut dan pada
setiap kelipatan 5 menit, suhu dicatat. Kemudian kita ambil air sebanyak 25 ml
dan kita masukkan ke dalam tabung erlenmeyer. Sebelum dipanaskan suhu air
dicatat terlebih dahulu. Setelah itu panaskan air dan catat suhunya setiap
kelipatan 5 menit. Pada percobaan ini dengan waktu 0 menit
pada suhu urea sebesar 27o dihasilkan akuades sebesar 27o,
pada waktu 5 menit dengan suhu urea 63o diperoleh data 62o,
pada waktu 10 menit dengan suhu urea 67o dihasilkan data 64o, dan
pada waktu 15 menit dengan suhu urea 68o dihasilkan data 65o. Dalam percobaan kali ini ternyata suhu pada
larutan urea dan akuades sama tinggi dibandingkan titik didih pelarut.
2. Kesimpulan
a. Kenaikkan titik didih dipengaruhi oleh molalitas
suatu zat.
b. Adanya zat non volatile dalam suatu larutan
mengakibatkan kenaikan titik didih dari titik didih semula (pelarut).
c. Kenaikkan titik didih (∆Tb) mempunyai nilai yang
berbanding terbalik dengan BM dari suatu zat.
d. Besarnya BM dipengaruhi oleh volume pelarutnya,
besar titik didih larutan, dan massa suatu zat terlarut.
e. Besarnya suhu awal pada larutan dan pelarut masing–masing
adalah 27 C dan 27 C.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2006. Sifat Koligatif Larutan/Chem-Is-Try.Org/Situs Kimia
Indonesia. Diakses 31 November 2012 pukul 17.00 WIB.
Chang, Raymond. 2003. Konsep-Konsep Inti Edisi
Ketiga Jilid 2. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Oxtoby, David W. dkk. 2001. Prinsip-Prinsip
Kimia Modern Edisi Keempat Jilid 1. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Rusli, K. 2000. Kimia Dasar 1.
Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.
Sukoco,
H.M. 1999. Kimia Dasar dan Terapan Modern. Jakarta : Bumi Aksara.
0 comments:
Post a Comment